Jumat, 12 Oktober 2012

KEBAIKAN DAN KEJAHATAN

KEBAIKAN DAN KEJAHATAN MENURUT TAFSIR AL-QUR'AN DALAM SURAT AN-NISA 4: 79, AL- AN’AM 6: 160, HUD 11: 114

A. Surat An-Nisa ayat 79.

Artinya: Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, Maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. dan cukuplah Allah menjadi saksi. (Q.S. An-Nisa. 4: 79)

“Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, Maka dari (kesalahan) dirimu sendiri”. Setiap kebaikan yang diperoleh oleh orang mukmin, sesungguhnya berasal dari karunia dan kemurahan Allah, di ayat ini terdapat dua hal yang harus diketahui yaitu:


Pertama: bahwa segala sesuatu yang berasal dari sisi Allah, dalam arti bahwa Dia-lah yang menciptakan segala sesuatu dan menggariskan aturan-aturan.
Kedua: manusia terjerumus ke dalam keburukan tidak lain disebabkan dia lalai untuk mengetahui sunnah-sunnah. Sesuatu dikatakan buruk, sebanarnya disebabkan oleh tindakan manusia itu sendiri.

Berdasarkan pendangan ini, maka kebaikan berasal dari karunia Allah SWT secara mutlak, dan keburukan berasal dari diri manusia sendiri secara mutlak. Masing-masing dari dua kemutlakan ini mempunyai posisi pembicaraan tersendiri. Telah banyak dasar yang menyatakan, bahwa ketaatan kepada Allah merupakan salah satu sebab mendapatkan nikmat, dan bahwa kedurhakaan kepada-Nya merupakan salah satu jalan yang mendatangkan kesengsaraan. Ketaatan kepada-Nya adalah mengikuti Sunnah-sunnah-Nya dan menggunakan jalan-jalan yang telah diberi-Nya pada tempat mestinya. Ayat ini merupakan salah satu dasar sosiologi dan psiklogi. Di dalam ayat ini terdapat pelajaran yang akan membebaskan manusia dari berbagai khufarat.
“Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia”. Kewajiban Rasul hanyalah menyampaikan ajaran Allah. Dia tidak mempunyai urusan atau campur dalam perkara kebaikan dan keburukan yang menimpa manusia, karena beliau diutus untuk menyampaikan ajaran dan memberikan hidayah.

“Dan cukuplah Allah menjadi saksi”. Sesungguhnya kamu (rasul) diutus kepada seluruh manusia hanya sebagai pemberi kabar gembira dan peringatan, bukan sebagai orang yang berkuasa atau untuk mengubah dan mengganti aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh Allah.

Allah berfirman dalam surat Faatir ayat 43, yaitu:
Artinya: Maka sekali-kali kamu tidak akan mendapat penggantian bagi sunnah Allah, dan sekali-kali tidak (pula) akan menemui penyimpangan bagi sunnah Allah itu. (Q.S. Faatir, 35 : 43)



B. Surat Al-Anam Ayat 160

Artinya: Barangsiapa membawa amal yang baik, Maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat, Maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan). (Q.S. Al-An’am, 6: 160)

“Dan barang siapa yang datang satu kebajikan, maka untuknya adalah sepuluh kali ganda”. Ayat ini diperintahkan kita masing-masing memperbanyak berbuat baik. Artinya ialah barang siapa yang datang kepada Tuhan di Hari Kiamat dengan sifat-sifat yang baik, maka ia akan mendapat ganjaran, atau pahala dari sisi Allah.

Dalam surat Al-Baqarah ayat 261, Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah. adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki. dan Allah Maha luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. Dan Dalam Surat Al-Baqarah juga ayat 245, Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), Maka Allah akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan. Dan di dalam Surat Al-Hadid ( surat 57 ayat 11), dan Al- Taghaabun (Surat 64 ayat 17)

Artinya: Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, Maka Allah akan melipat-gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan dia akan memperoleh pahala yang banyak. (Q.S. Al-Hadid. 57: 64)

Artinya: Jika kamu meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya Allah melipat gandakan balasannya kepadamu dan mengampuni kamu. dan Allah Maha pembalas Jasa lagi Maha Penyantun.(Q.S. Al- Taghaabun. 64:17)

Maka apabila dipertemukan ayat-ayat ini dapat diambil kesimpulan bahwasanya seseorang yang berbuat suatu kebaikan, maka sekurang-kurangnya dia akan mendapat balasan dari Allah sepuluh ganda. Dan ke atasnya berlipat ganda bahkan sangat banyak.

“Barangsiapa yang membawa perbuatan jahat, Maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya” Artinya barang siapa yang datang di akhirat menghadap Allah dengan sifat-sifat jahat yang telah tertanam dalam diri orang karena kufur atau perbuatan-perbuatan keji dan munkar, maka ganjaran siksaan yang akan diterimanya adalah setimpal dengan kejahatannya.

“Sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan)”. Artinya suatu kejahatan tidaklah dibalas dengan sepuluh kali ganda siksaan. Maka ayat ini memberikan kejelasan benar bagi kita bahwasanya sifat Rahman dan Rahim Tuhan lebih berpokok dari pada sifat murkanya.

Hadits Rasullullah SAW
Artinya: Abu Hurairah ra. Berkata bahwa Rasulullah saw. Bersabda, “Barangsiapa yang mengajak kepada kebaikan, maka baginya pahala orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun. Barang siapa yang mengajak kepada kesesatan, maka baginya dosa orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun.” (H.R. Muslim)

1. Orang yang menjadi penyebab dan pelaku perbuatan tertentu mendapatkan pahala dan hukuman yang sama
2. Seorang muslim harus mengetahui dampak dari perbuatannya, sehingga ia berusaha untuk melakukan kebaikan agar menjadi teladan yang baik.
3. Seorang Muslim harus menjahui ajakan-ajakan yang menyesatkan dan menjauhi teman-teman yang buruk, karena ia akan mempertanggung jawabkan perilakunya.

C. Surat Hud ayat 114

Artinya: Dan Dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat. (Q.S. Hud. 11 : 114)

Penjelasan
Laksanakanlah shalat menurut cara yag lurus dengan senantiasa mendirikannya pada kedua ujung siang setiap hari dan bagian dari malam.

Serupa dengan ayat tersebut ,ialah firman Allah S.W.T .pada surat thaha:
Artinya: Maka sabarlah kamu atas apa yang mereka katakan, dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu, sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya dan bertasbih pulalah pada waktu-waktu di malam hari dan pada waktu-waktu di siang hari, supaya kamu merasa senang. (Q.S. Thaha. 20: 130)

Petang hari adalah saat antara zuhur dan magrib yaitu shalat asar sedangkan shalat magrib adalah pada permulaan kabur hari ,yaitu pada saat hilangnya safak ,bekas terakhir dari cahaya siang shalat disebutkan secara khusus,karma ia merupakan pangkal ibadah yang memberi dorongan pada iman dan membantu pada amal-amal lainnya.

Sesungguhnya, amal-amal baik itu menghapus keburukkan-keburukan dan menghilangkan cela yang ditinggalkannya, karena amal yang baik itu merupakan pensucian dan perbaikan jiwa, yang karenanya ia dapat menghapuskan pengaruh dari amal buruk yang melekat dalam jiwa atau perusakan amal-amal buruk terhadapnya. Sedang yang dimaksud dengan Al-Hasanat mencakup seluruh amal saleh, termasuk diantaranya meninggalkan keburukan

Sesungguhnya, dalam nasihat-nasihat tersebut, yaitu tantang istiqamah, arangan duhaka, cederung kepada opang-orang zalim dan mendirikan salat pada waktu-waktu tersebut, terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mau mengambilnya. Yaitu, orang-orang yang takut kepada Allah dan tidak melupakan-Nya. Orang-orang itu, disini disebutkn secara khusus, karena merekalah yang dapat mengambil manfaat dari nasihat tersebut.











DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Mustafa Al Maragi, Diterjemahkan dari Tafsir Al-Maragi, Mesir: Mustafa Al-Babi Al-Halabi, 1394 H/1974M

Abdul Malik AbdulKarim Amrullah, Tafsir Al-Azhar juzu’ 7. Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983
Imam Nawawi, Penerjemah, Muhil Dhofir., Syarah dan Terjemah Riyadhus Shalihin, Jilid I. Jakarta: Al-I’tishom, 2005
Diposkan oleh awan andalan di
http://anakpai.blogspot.com/2011/01/kebaikan-dan-kejahatan-tafsir-surat.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar